Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan
Indonesia pada akhir tahun
70'an hingga sekarang, kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti
Wakil Rakyat,
Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya
Siang Seberang Istana,
Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti
Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional dan Juara IV
Karate Tingkat Nasional
1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal
16 Agustus 1999 yang disebut
Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan
OI. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui di setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara.
[butuh rujukan]
Masa kecil Iwan Fals atau yang biasa kita kenal sebagai Iwan dihabiskan di
Bandung, kemudian di
Jeddah,
Arab Saudi, selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah di usianya yang ke-13 tahun, saat Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain
gitar dilakukannya sejak masih muda atau belum tua bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.
Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi Bahfen, dan Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival
musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama
Pepeng,
Krisna, dan
Nana Krip serta diproduksi oleh
ABC Records, tetapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan
Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album
Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh
Willy Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah-rumah satu demi satu, kadang di
Pasar Kaget atau
Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun
1987. Saat acara
Manasuka Siaran Niaga disiarkan di
TVRI, lagu
Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun
1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama
Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan terhadap pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.
[butuh rujukan]
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di stasiun radio 8EH Institut Teknologi Bandug. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.
[butuh rujukan]Beberapa konser musiknya pada tahun
80'anjuga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran
listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan
April tahun
1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu
Demokrasi Nasi dan
Pola Sederhana juga
Mbak Tini pada sebuah konser di
Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.
[butuh rujukan] Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok
SWAMIdan merilis album bertajuk SWAMI pada
1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits
Bento dan
Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan
Kantata Takwa pada
1990 yang didukung penuh oleh pengusaha
Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.
[butuh rujukan]
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personel SWAMI.
Sejak meluncurnya album
Suara Hati pada
2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun
band-nya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.
[butuh rujukan]
Keluarga
Iwan lahir dari pasangan Lies Suudijah asal Tasikmalaya
(ibu) dan (alm) Kolonel Anumerta Sucipto asal Jawa merupakan anak petinggi di pabrik Gula Kalibagor, Jawa Tengah.
(ayah). Iwan menikahi Rosana yang akrab disapa "Mbak Yos" pada tahun
1980, hasil dari pernikahannya Iwan memiliki tiga anak yaitu, (alm) Galang Rambu Anarki (
1 Januari 1982 -
April 1997), Annisa Cikal Rambu Bassae (
1985), dan Raya Rambu Rabbani (
22 Januari 2003).
Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi
trademark ayahnya. Galang kemudian menjadi
gitaris kelompok
BUNGA dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya tahun
1997.
Setelah Meninggalnya Galang Rambu Anarki lalu Iwan Fals Mendirikan Sebuah Ormas Berbentuk Fans yaitu OI (Orang Indonesia)
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul
Galang Rambu Anarki pada album
Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga
BBM pada awal tahun
1982yaitu pada hari kelahiran Galang (
1 Januari1982).
Nama
Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun
1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul
Anisa pada tahun
1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album
Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album
Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata
Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan
April 1997 secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa
Kp. Leuwinanggung No. 19 Tapos, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri. Pada tahun
1999, Iwan berkolaborasi dengan
Farid Bento. Pada tahun
2002, Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri. Dia pun mulai bangkit dengan munculnya album
Suara Hatiyang di dalamnya terdapat lagu
Hadapi Sajayang bercerita tentang kehilangan Galang. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Ros) juga ikut menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya
Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan tidak seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya lebih mendalam dan religius.
[butuh rujukan] Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal
22 Januari 2003, Iwan Fals dianugerahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.
[butuh rujukan]
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total. Saat putra pertamanya meninggal dunia, Iwan Fals mencukur habis rambut panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja, rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggotnya dihilangkan. Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada. Rosana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals lebih profesional dalam berkarier.
No comments:
Post a Comment